Rabu, 03 Agustus 2011

ZODIAZ: Sang Penyembuh (Easter Patricia - 2010)

By Luz. B

Penerbit: KataKita
Editor: Joko Pinurbo
Proofreader: Farah Maulida
Desain Sampul: (Sengaja Ga Saia Tulis)
Tata Letak: Cyprianus Jaya Napiun
Tebal: 410 halaman plus glosarium
 
 
Setelah lama nggak bikin ripiu, akhirnya saia menyempat-sempatkan ngetik satu ripiu yang sebetulnya sudah pengen saia buat dari kapan taun. Judul buku yang ingin saia bahas kali ini adalah ZodiaZ: Sang Penyembuh oleh Easter Patricia. (Itu Z-nya gede bukan typo. Memang tulisannya begitu di dalam buku. Lanjut.)
 
Saia akan mengaku kalau (lagi-lagi) repiu saia tidak dilandasi itikad baik, semangat Pancasila, Undang-undang Dasar 45, Sumpah Pramuka, dan Janji Murid. Kenapa tidak? Karena pikiran pertama saia saat melihat cover buku ini adalah, "Nah, ini baru namanya cover yang minta di****!"
     

 
Bagaimana nggak minta di****, sudara-sudari, kalau gambar di sampul tersebut merupakan hasil tambal sulam yang oleh teman-teman gamer saia disinyalir merupakan hasil comot dari artwork aneka game? Di sudut kanan atas, kita bisa menemukan foto seorang oknum yang dicurigai Jin Kazama dari Tekken. Di tengah, seorang cewek yang diduga kuat sebagai Stella Nox Fleuret dari Final Fantasy  Versus XIII.
  
Hanya cowok di sudut kanan atas yang saia nggak bisa taksir identitasnya, jadi untuk sementara ini beliau saia asumsikan sebagai seorang ahlal sinetron / tarento / idol Korean Wave yang kebetulan fotonya kebajak dan dimontase dikit.
  
Ada yang bilang, seni adalah masalah selera, dan selera tidak untuk diperdebatkan. Kalau saia bilang satu cover layak di****, bisa saja menurut yang lain itu indah.
  
Masalahnya, terakhir kali saia ngecek, pembajakan artwork itu bukan seni. Itu pelanggaran hak kekayaan intelektual.
  
Belum lagi teknik padu padan gambar yang dipake di cover ini kasar banget. Ambil contoh tangan si oknum cewek. Mukanya CG, tapi tangannya hasil foto. Adik saia bahkan sampai nyeletuk, "Itu kayaknya tangan cowok deh." Alamak.
 
Kalau ada hal yang mau saia puji, gambar kastilnya oke. Walau sejujurnya saia uda keburu curiga itu ngebajak Hogwarts Castle / Castle Doran / Castlevania / Frank Castle / Castella / segala oknum Castle lain.
 
Pemilihan warna abu-abunya, yang dikontrasin sama judul yang nyala, juga barangkali bisa ngasih kesan beda kalau saja cover art-nya nggak bajakan.
   
Jadi tolong, untuk desainer cover, kalau memang anda ngebajak artwork, perilaku ini hendaknya dihentikan karena,
 
1) Yang ngerti dunia game bukan situ doang. Pliss jangan nilep artwork dengan asumsi pembaca nggak akan nyadar / curiga. Itu namanya menganggap kami bego. Dan ga ada orang yang suka dianggap bego.
  
2) Itu pelanggaran hak kekayaan intelektual.
  
3) Situ merugikan penulis. Buku yang sampulnya ditempeli artwork boleh nyolong biasanya dipandang nggak bagus sama pembaca. Kenapa, baca nomor 1. Dan karena people do judge a book by its cover. You can say that it's bullsh*t, but bullsh*t happens. 
 
Begitupun, kalau ngelihat halaman kedua dari terakhir, saia agak ragu penerbit dan desainer cover mau dengerin saia. Di sana terpampang calon cover untuk sekuel ZodiaZ, berjudul Erthanna: Sang Pelindung. Oknum Jin Kazama itu masih dipakai kayaknya. Hanya saja dikasih sayap dan topeng.
 
Trus itu di bawahnya kok ada muka Cloud Strife?
  
Dan itu bukan sekedar oknum yang saia curigai sebagai Cloud Strife, sudara-sudari. Itu jelas banget muka si tokoh utama Final Fantasy VII Advent Children. Silakan lihat sendiri deh, buktinya.
 
 
 
See?
 
Pindah ke isinya, meteran skeptis saia langsung mentok. Gimana nggak, kalau saia disambut semacam prolog yang kalimatnya bikin cape? Saia kutip disini...
 
 
Seperti juga musuh yang telah menjadikanku ujung tombaknya, demikian jugalah diriku di hadapanmu. Aku yang telah dijadikan oleh musuhmu akan menjadi sesuatu yang paling ditakutinya dan di depan dirimu yang sudah kuanggap rajaku aku akan memateraikan diriku bahwa aku adalah milikmu. Aku akan lakukan semua yang dapat melindungi kepentinganmu, melindungi apa yang kau anggap paling berharga karena begitulah hatiku berbicara, karena begitulah caraku menebus semua kesalahanku di masa lalu dan aku melakukannya bukan karena orang lain. Aku melakukannya secara sadar atas keinginanku sendiri.
 
 
Paragraf ini bisa diringkas jadi 1 kalimat:
 
 
Meski aku diciptakan oleh musuhmu, aku akan melindungimu karena itulah yang kukehendaki.  
  
 
Menjejalkan perumpamaan megah seperti "tombak" dan "materai" nggak otomatis membikin bahasa menjadi indah. Yang ada malah pemborosan kata. Bikin bingung/capek yang baca pula.
 
Padahal, semakin cepat cerita nyambung dengan pembaca, semakin baik. Untuk itu para penulis hendaknya memakai kalimat yang jelas menyampaikan maksud mereka. Nggak usahlah kita tutup inti gagasan kita dengan kalimat bertele-tele karena merasa, "saia harus nyastra karena itu membuat pembaca terkesan." 
  
Lagipula, kata siapa juga sastra identik dengan kalimat jelimet nan adiluhung yang ga bisa dipahami orang? Kalau anda penulis dan anda memandang sastra seperti ini, percayalah, anda telah salah paham.
  
Pindah ke halaman 6. Ada peta yang benernya dikerjakan dengan lumayan bagus. Pindah ke halaman 7... saia menemukan puisi. Kayaknya sih mau dijadiin legenda penciptaan Zierra--itu nama planet/dunia yang jadi latar cerita, BTW.
 
Yang jadi problem saia, puisi ini maksudnya apa? Lucu nggak. Sedih nggak. Indah juga kayaknya nggak. Pun setelah saia ngebaca buku ini sampai selesai, relevansi penciptaan dunia dengan keseluruhan cerita ternyata sangat kecil.
 
Bandingkan dengan bagian awal Oddworld : Abe's Exoddus. Ini judul sebuah game lama PS1. Di awalnya juga ada puisi 'ramalan para tetua' yang sekilas lebih ga maksud lagi dari ini. Gimana nggak, kalau puisi tersebut ngomong soal bir dan tulang dan kepunahan ras Mudokon?
 
Masalahnya puisi itu lucu banget. Juga, setelah memainkan bagian pertama, kita akan tahu bahwa isinya relevan sama premis cerita. Tulang dari ras Mudokon ternyata merupakan bahan baku bir kentut yang laku keras di dunia Oddworld. (Aneh? Iya, tapi tolong jangan suruh saia menjelaskan. Mainin aja game-nya.)
 
Kesimpulan: kalau kita mau berpuisi, lebih baik kalau puisi itu relevan, dan berkesan karena indah, lucu, atau memiliki nilai penarik lain.
 
Sampai di hal. 8, kembali saia ketemu kalimat bertele-tele sebagai berikut:
 
 
Suara anak kecil itu masih bergaung, menelusup jauh ke dasar jiwanya seperti angin, memukul-mukul ujung sarafnya dan membuat perasaannya pecah berantakan ketika dia membuka kedua belah matanya yang coklat kusam. Sesaat pandangannya berputar-putar, menghantamnya bagai sapaan akrab yang kerap terjadi setelah ritual mimpi itu.  
 

 
Owalah Nduk, opo seh iki? Cuma mau ngomong "tokoh utama bangun, tapi masih terganggu oleh mimpinya" kok repot nian?
 
Lebih lucu lagi, setelah beberapa paragraf, gaya bahasa si pengarang berubah.
 
 
Aya teringat akan "kartu studi lanjutan"nya yang sudah harus diperpanjang hari ini juga. Hari ini batas akhir yang ditentukan sekolahnya, Escaar, untuk mengurus semuanya.  
 
 
Sekarang gaya bahasanya jadi singkat padat jelas nih. Moral of the story? Kalau memang pada dasarnya gaya dan hati kita bukan di bahasa yang 'wah', ya sudahlah. Nggak usah berusaha nyastra dengan niat membikin pembaca terkesan, karena nantinya pasti balik ke gaya asli.
 
Bicara soal gaya asli penulis, saia sempat ngelihat biografi yang menyatakan kalau beliauwati ini berpengalaman menulis teenlit. Mereka yang kenal baik saia akan tahu bahwa saia bukan penganut anggapan teenlit = jelek. Terbukti saia ngasih nilai tinggi untuk teenlit Fantasi berjudul Another World Elmore beberapa lama lalu.
 
Penulis ZodiaZ sendiri sebetulnya punya gaya bahasa yang oke. Kalau beliauwati nggak sibuk mencoba bersastra, kalimat-kalimatnya sangat jelas dan ringan. Beneran, narasinya luar biasa membantu saia untuk terus membaca ZodiaZ sampai selesai, terlepas dari isi ceritanya yang... ya, seperti saia uraikan di bawah.
 
Tapi kadang-kadang, bahasa teenlit yang asik ini dibercaki bahasa 'gaul' aneh pada titik dan suasana yang nggak pas. Contoh:
 
 
"A-d-i-k!" spell Aya pelan-pelan. (Hal. 152)
 
 
Juga,
 
 
"Sementara kau begitu jijik melihatku waktu pertama kali kita bertemu!" jepret Aya santai. (hal. 95)  
 

 
Pemakaian spell dan jepret disini terasa aneh buatku. Pertama karena kedua kata itu terlalu tidak lazim, dan karena keduanya punya padanan yang lebih wajar di dalam bahasa Indonesia. "Spell" bisa diganti "eja," dan "jepret" disini kira-kira sama dengan "tembak", kalau kita mau memakai bahasa figuratif.

   
Lepas dari membicarakan gaya bahasa, saia jadi pengen ngebahas latar cerita ini. Saia bisa menyampaikannya dengan satu akronim/tiga kata, yaitu GaJeBo atawa Ga Jelas Bo.
 
Cerita ini kayaknya nggak pernah bener-bener yakin dia mau terjadi di setting kayak apa. Ada mobil-mobil canggih, tapi kayaknya ada tenaga dalam (cek hal. 56 dan hal. 104) yang diwujudkan dalam bentuk cahaya-cahaya sebaneka warna. Persis special effect sinetron silat.
 
Trus, ada tukang sihir (ini mungkin ga termasuk dalam daftar komplen karena ada sedikit penjelasan bahwa kekuatan sihir itu asalnya dari keturunan). Ada Sekolah Elit Escaar yang katanya berfungsi mendidik pejabat pemerintah, tapi kok ya calon pejabat pemerintah perlu ikut mata pelajaran latihan fisik berupa pertarungan bersenjata? Pake pedang dan panah lagi, padahal setting-nya modern.
 
Plus pedang dan panah ini bukan pedang dan panah olahraga seperti yang dipakai dalam panahan atau anggar. Kita bicara senjata beneran disini. OMG. Gimana masa ospek di Escaar ya? IPDN kalah parah kayaknya.
 
Kemunculan aneka properti dunia yang kontradiktif ini pun nggak disertai penjelasan yang cukup, seolah-olah ada tokoh yang berkelahi pakai pedang hanya karena pengarang mau itu ada.
 
Letak problemnya kurasa tidak inheren di dalam latar fantasi campuraduknya. Final Fantasy VIII terjadi di dunia semacam ini, dan koherensinya baik. Ada mobil-mobil canggih, tapi juga ada sihir. Ada sekolah elit, tapi ada juga pedang-pedangan. Kok bisa?
 
Begini ceritanya. Pertama, FF VIII terjadi di dunia yang mirip sekali dengan dunia kita sekarang, kecuali dalam satu hal: 'makhluk-makhluk gaib' di sana bisa diindera. Para makhluk ini disebut Guardian Force, dan meminjam kekuatan seorang GF bisa memberi kita kemampuan menggunakan sihir/tenaga dalam/aneka kemampuan khusus.
 
Lihat? Ada penjelasan yang memadai untuk sihir dan tenaga dalam.
 
Kedua, karena setting-nya modern, keberadaan sekolah (Garden) adalah wajar. Semakin mendukung lagi kalau kita perhatikan bahwa Garden adalah semacam akademi militer swasta. Lulusannya akan menjadi tentara bayaran yang bisa disewa oleh negara manapun. Dengan kata lain, ini mengikuti konsep
private military company / mercenary yang juga dikenal di dunia nyata.
 
Oleh karena itu, wajar adanya kalau murid-murid Garden belajar bertarung.
 
Lalu bagaimana dengan jagoan utama FF VIII? Squall Leonhart menggunakan gunblade--yang pada dasarnya pedang--di dunia modern ala FF VIII. Kok ini ga diprotes, padahal ga ada penjelasannya?
 
Memang ga dijelaskan, tapi penjelasan ini nggak diperlukan karena satu hal: Rule of Cool. Pemirsa umumnya nggak akan menuntut penjelasan dari sesuatu yang keren banget, sekalipun kekerenan itu menjungkirbalikkan logika.
 
And face it, at that time, gunblades are the incarnation of Pure Awesomeness.   
 
Kembali ke ZodiaZ, saia nggak menemukan kekerenan yang bikin saia berhenti bertanya-tanya dan mulai menikmati. Akhirnya saia paksa diri membayangkan bahwa cerita ini terjadi di dunia FF VIII. Saia memang berhenti menggerutui setting, tapi sebagai gantinya, saia menggerutui plot.
 
Seperti saat membangun setting, penulis kayaknya nggak tahu plotnya  mau dijadiin apa. Ga jelas ini jadinya mau dibikin kisah cinta, atau coming-of-age, atau school life.
 
Ada yang teriak, "Genre itu gak penting! Itu cuma konspirasi penerbit yang berafliasi sama kaum YangUdik di negara Mereka Sarekat!" Iya Om/Tante. Mungkin genre itu gak penting, tapi fokus itu penting. Selayaknya ada satu atau dua fokus yang menunjukkan kisah macam apa yang dibawakan di dalam satu naskah.
 
Alasan saia nggak menangkap fokus Zodiaz adalah, dari hal. 8 sampai 36, cerita ini pada intinya cerita school life tokoh utama. Waktu baca halaman awal, saia memahami bahwa ia adalah anak perempuan angkat seorang jenderal yang kepingin tahu asal-usulnya. Kayaknya bagus nih. Konflik ada, motivasi ada.
 
Tapi begitu seorang tokoh cowok datang di hal. 12... motivasi itu tahu-tahu hilang. Gantinya si tokoh utama mulai memikirkan ketampanan si cowok sampai mengandaikan dirinya (yang kebetulan lagi belum dandan) seperti kotoran binatang di hadapan ybs. (Hal. 14) 
 
This is when I instinctively knew that things are going downhill.  

 
Mulai dari hal. 37 sampai 48, fokus cerita berubah menjadi cerita masa lalu seseorang yang terlibat perang. Hal. 49, balik lagi ke school life, dengan judul bab yang bikin saia bilang, "Ajib! Nggak banget!"
 
Mau tahu judulnya? About the Hot Gossip. Nanti saia bahas lebih banyak deh.
 
Sampe hal. 60, cerita mulai lepas kendali. Segala macam hal terjadi. Berikut saia bikin daftar kejadiannya, supaya jelas.
 
1. Kehidupan sehari-hari tokoh utama yang banyak dibuli-buli sama teman-teman sekolahnya. Buat yang bingung apa itu dibuli-buli, saia sedang membicarakan bullying alias penggencetan.
  
2. Si tokoh utama kena lebih banyak buli-buli, dijegal, dan disebutlah oleh seorang buli bahwa dia make celana dalam motif kembang-kembang. WhuT? Do I really have to know that? Memang bagian ini diperlukan untuk menjustifikasi bagian berikutnya, dimana si tokoh utama ngamuk. Tapi ada alasan yang lebih bagus nggak, selain CELANA DALAM KEMBANG-KEMBANG?
 
3. Penyerangan makhluk misterius Lona terhadap tokoh utama. For some reason, 30 halaman kemudian si tokoh utama menganggap sorot mata makhluk penyerang ini seksi. Mengutip ungkapan yang dibuat oleh seorang teman saia, Mr Khairoon "Justin Beibher" Zenas: What Tje Fuk?
 
4. Tokoh utama jatuh cinta sama cowok yang hot 'n cold sama dia.
 
5. Tokoh utama dijatuhi cinta sama cowok yang dekat sama dia tapi nggak dia suka.
 
6. Isu perbedaan klan yang berkali-kali disinggung sebagai masalah.
 
7. Lebih banyak drama remaja dimana si tokoh utama akan  dibuang ke luar benua hanya gara-gara perkelahian sesama siswa. Whut?
 
8. Pembunuhan anggota Organisasi Pelindung Pemerintah waktu konser band Milkoscreamos. Yeah, itu nama bandnya. Classy.
 
9. Satu lagi drama remaja lebay dimana si tokoh utama mau dibunuh sama teman-temannya karena dianggap pembawa bencana. Dia diselamatkan sama si cowok hot 'n cold.  

  
10. Kemunculan geng penjahat yang kayaknya eks penjahat perang sekian tahun lalu. SPOILER: si cowok hot 'n cold adalah anggota mereka.
 
11. Kemunculan makhluk-makhluk gaje berbentuk seperti kunci, yang akhirnya menemui tokoh utama demi mengkonformasi statusnya sebagai chosen one.
 
12. Perubahan POV menjadi POV penjahat yang membangkitkan kawanan zombie. Sekali lagi, What Tje Fuk.
 
13. Potongan jurnal Tn. Tukang Sihir. Yang bener-bener ga memuaskan sebagai penutup  bagian pertama sebuah tetralogi.
 
Lihat maksudku? Penulis nggak tahu cerita ini mau dibikin jadi cerita macam apa. Terlalu banyak kisah yang dijejalkan ke dalam plotnya, Yang kutangkap 'selesai' sebagai satu cerita utuh cuma bagian bertanda spoiler di atas. 
 
Berikutnya, karakter. Saia bener2 nggak selera sama cara si penulis menyorot Aya Kasser, karakter utama cerita ini. Pertama, saia sudah singgung bahwa dia menciptakan Aya sebagai Anak angkat yang pengen tahu ortu aslinya. Lumayan menarik, sebetulnya.
 
Tapi kenapa coba, pengarang nggak memilih menonjolkan rasa penasaran Aya? Kenapa keingintahuan Aya yang seharusnya bisa jadi menarik malah diwujudkan sebagai sifat whiny, alias, tiap kali ada masalah, dia selalu teriak sama kakak dan ayah angkatnya, "Aku cuma anak pungut. Mungkin orang tuaku penjahat."
 
Masalah kedua, penulis ngebikin Aya dibuli-buli sama teman-temannya di sekolah. Pertanyaan saia: kenapa? Nggak dikasih alasan. Dibilang memang ada diskriminasi klan di dunia Zierra, dan bahwa anak dari klan Gurion (ga ada hubungan sama David Ben-Gurion,) memandang rendah anak-anak dari klan Byron (ga ada hubungan juga sama Lord Byron,) Namun, ini nggak menjelaskan kenapa yang dibuli-buli cuma Aya. Seharusnya anak-anak klan Byron lain juga dibuli-buli.
 
Apalagi Aya ini anak jenderal. Kedudukan ayahnya cukup tinggi di Istana. Dan di dalam lingkungan Escaar yang kayaknya sangat memerhatikan siapa anak siapa, harusnya dia nggak segitu mudahnya kena buli-buli.
 
Semua ini bikin saia curiga. Kayaknya penulis bikin Aya dibuli tanpa alasan selain agar pembaca simpati, terutama waktu dia ngamuk dan menghajar para pembulinya. Sampai takaran tertentu saia senang ketika Aya melawan. Terlepas dari alasannya yaitu CELANA DALAM KEMBANG-KEMBANG. (Maaf. Bukannya saia marah-marah. Entah kenapa saia nggak puas kalau nggak nulis itu dengan BOLD UPPERCASE.)
 
Tapi di sisi lain, saia ga bisa ga mencium formula tokoh utama cewek di Hana Yori Dango / Meteor Garden / Boys Over Flowers, yang masuk sekolah elit, dibuli, dan ngelawan.
 
Hal lain lagi yang saia keluhkan dari Aya adalah, kenapa kayaknya dia demen banget menyebut dirinya bodoh (hal. 10), menjitaki kepalanya yang tolol (hal. 17), memaki jantungnya yang tolol (hal. 24), memaki otaknya yang tolol (hal. 27)? Self-depreciating humor bisa menjadi sifat karakter yang menimbulkan simpati. Tapi kalau seorang tokoh mulai bener-bener menjelek-jelekkan dirinya sendiri, apalagi kalau alasannya adalah karena minder sama cowok/cewek gebetan yang super perfect, saia kok ya malah antipati. Kasarnya, kalau dia sendiri nggak bisa menghargai dirinya, kenapa orang lain harus?
  
Dan akhirnya, mari kita kembali ke bagian About the Hot Gossip yang saia singgung di atas. Dengan segala hormat saia menobatkan ini sebagai Crowning Moment of Gak Penting dari antara seluruh bagian buku. Alasannya adalah karena bab ini dibuka lagi-lagi dengan build-up menuju pembulian si tokoh utama. Dia kedapatan, oleh sebuah tabloid gosip, sedang makan pagi di kafe sama kakak angkatnya.
 
Dan tabloid tsb. menulis bahwa mereka sedang 'beradegan romantis.'
 
Saia tahu ada erangan "nggak penting banget" yang sedang menyebar di antara anda pada saat ini. Untuk adilnya, biar saia nyatakan dulu kalau kakak angkat Aya adalah seorang yang lumayan berprestasi di Pemerintah, tetapi banyak digoyang karena isu perbedaan klan. Sebab itu, wajar jika ada upaya dari lawan-lawan untuk menjatuhkan dia. Bisa aja mereka bayar tabloid dimaksud untuk menampilkan cerita memalukan yang ga bener seperti saia sebutkan diatas.
 
Tapi seluruh logika diatas bubar jalan karena dalam cerita, digambarkan bahwa yang heboh ngebahas gosip diatas adalah anak-anak sekolah Aya, bukannya anggota organisasi pemerintah. Bahkan, yang mengumumkan dan membawa koran itu ke sekolah adalah salah satu anggota 'duet cowok keren elit' yang, kalau melihat posisinya dia di sekolah, kerasa out of character.
 
Kenapa OOC? Karena sebelumnya nggak ada indikasi bahwa cowok ini hobi gosip infotainment.
 
Selain OOC, tingkah dia ini kurang kerjaan banget. Ngapain orang se'penting' dia ngurusin gosip orang se'nggak penting' Aya, gitu? Nggak ada.
 
Makanya aku berpendapat event tabloid gosip ini tidak alami, karena terjadinya bukan sebagai konsekuensi dari kerumitan posisi kakak Aya di pemerintahan. Ini jelas 'pemaksaan' yang dilakukan oleh pengarang terhadap kewajaran dunia. Maksud saia, siapa sih Aya, sampai tabloid gosip ibukota harus meliput dia? Seleb nggak. Seniman bukan. Sosialita apalagi. Ya, dia anak jenderal, tapi anak Es Be Yay aja nggak diliput-liput media sampai bapaknya jadi Presiden, gitu.
 
Apakah tujuan penulis melakukan pemaksaan ini? Dua, saia kira. Pertama untuk melakukan penyanjungan terhadap si tokoh utama dalam penderitaan. Saia menyebutnya sebagai Formula Cinderella: "Dia cantik, maka dia menderita. Dia istimewa, maka dia dibenci. Dia solehah, maka dia disiksa." Dalam bentuknya yang paling picisan, formula ini akan menghasilkan tokoh utama perempuan seperti umumnya kita temui di dalam sinetron-sinetron Indonesia.
 
Dan kedua, ini merupakan satu dari build-up untuk tiba pada bagian plot dimana SPOILER : Ya, Aya dijatuhi cinta sama kakak angkatnya. Which is groan-inducing, kalau ingat kakak angkatnya digambarkan sebagai pria sempurna, sementara Aya sendiri nggak kelihatan bagusnya apa.   
  
Puncak dari semua kegemasan saia terletak di halaman paling terakhir dari buku ini. Entah siapa itu yang naruh kutipan dari Confucius di sana. Bunyi kutipan tsb. adalah, "You can't open a book without learning something." In an ironic way, this is true; you CAN learn some things from this book, mostly about what NOT to do when you're trying to write a decent fantasy fiction.
 
Confucius, eh? You confuse us indeed.  
 
 
 
 
Luz B. 

PS: CELANA DALAM KEMBANG-KEMBANG! My God. Writing this line is sooo fun!

39 komentar:

Anggra mengatakan...

*ngakak*

Unox! Always have so much fun reading Luz's review.

*laughing out loud. louder.*

CELANA DALAM KEMBANG-KEMBANG

Beneran nih, deskripsinya sedetail ini??

*lol. lol.*

Juno Kaha mengatakan...

@Anggra: Saya konfirmasikan hal tersebut benar adanya, gan.

Hehe.

Dewi Putri Kirana mengatakan...

*ngakak nggak ketulungan*

Akhirnya gaya aseli Luz waktu ngeripiu cerita keluar juga XD XD XD

Baca ripiu ini bener-bener bikin puasa kerasa ringan! XD

Ivon mengatakan...

aku... sampai tak tahu lagi mau nge-quote cabe yang mana dari deretan cabe di atas itu, hahahahhaha XD XD XD

nah! misteri yang tersisa: jadi apa itu "Zodiaz"?? dipajang gede2 di judul tapi enggak disebut2 sekali pun di dalem ceritanya??

Celana Dalam Kembang2... hurrr, coba dikasih deskripsi lebih jelas, kek itu ce-de model apa, apakah bulukan atau bolong2, pasti alasan si Aya marah lebih bisa dijustifikasi tuh, wkwkwkwkk~ *apaan sich*

Juno Kaha mengatakan...

Ngomong2, membaca review ini membuat Panda men-spell, "KHA-WA-TIR."

*lirik Ivon dan Mbak DPK*

Gw mengabaikan si celana dalam kembang2 itu sih jd di review gw mengandalkan "tidak heran byk yg menderita krn byknya objek penderita dlm kalimat ini". :P

Hehe.

Luz Balthasaar mengatakan...

Saia nggak ngerti kalau repiu ini dibilang bikin ringan puasa.

Sekira saia, gumbira, apalagi sampai ngakak melihat karya orang dihujat itu malah bikin pahala puasa kurang.


Luz B

Males login karena lagi make PC yang dicurigai ada keyloggernya

Anonim mengatakan...

"You can't open a book without learning something." In an ironic way, this is true; you CAN learn some things from this book, mostly about what NOT to do when you're trying to write a decent fantasy fiction.

ini kutipan serius ada di bukunua atau cuman kalimat pertama?

kok merendahkan diri sendiri?

Ivan Z.

Dewi Putri Kirana mengatakan...

Puasa akan kerasa berat kalo yang dipikirin cuma "Laper, laper, laper." atau "Haus, haus, haus."

Jadi pikiran harus dialihkan ke hal lain, misalnya ke kerjaan. Tapi dengan catatan, kalo kerjaannya berat, sama aja bakal bikin puasa kerasa berat, karena udahlah laper, suntuk pula mikirin kerjaan.

Makanya review yang sangat menghibur ini bener-bener bikin puasa terasa ringan ^o^

Anggra mengatakan...

@Ivan:
Itu quote dari Mbak Reviewer kita =))

CELANA DALAM KEMBANG-KEMBANG

my fav quote... XD
(jadi pengen cari bukunya)

Juno Kaha mengatakan...

@Ivan: Kutipan Confucius-nya ada, tapi lanjutannya itu mah dari Signora Luz.

@Anggra: Sumpe lu malah mau nyari? :))

Hehe.

Luz Balthasaar mengatakan...

Tapi tetep juga repiu ini adalah menggosipkan dan ngetawain orang. Jadi ini merusak puasa dan menghancurkan akhlak.

Perhatian bagi muslimin/at yang baik, artikel ini sudah difatwa haram sama FPI. Jadi jangan dibaca kalau gak mau puasa situ batal.

Jangan juga nyari bukunya kalau situ cuma niat ngetawain. Ini bulan suci! Itu yang membusukkan dan menodai hati harus dibuang! Grrrr...



Luz B.

Anggra mengatakan...

Niatku mencari bukunya cuma untuk melihat sendiri seperti apa sih "kurang-bagus"-nya. Walau memang kuakui sebagian untuk mentertawai. My bad... >_<

Benar juga kata Luz. Siapa sih kita, sombong amat berani mentertawai karya orang. Padahal mana tahu waktu karya kita di-publish malah lebih banyak hal yang patut ditertawai. hehe...

Anw, aku tetap akan mencari bukunya. Buku ini, sepertinya overdescription. Kesalahan yang juga sering kubuat.
Dan seperti kata anda, Signorina. Belajar dari kesalahan orang lain. :D

Fenny Wong mengatakan...

lol liat komentar ivan z di atas
wahahahahahaha yang di buku quote confusius nya doang kayaknya, sisanya di bawahnya itu jeritan hati Luz xD

top markotop. Yang paling bikin ngakak itu cloud strife nya. cuciann bangeddhhhhhhhh jd nduttzz (badannya doank deng yg gembung) xD

Anonim mengatakan...

Hehehe kurasa review ini pasti menarik banyak pihak, kenapa? Karena isinya 99% melecehkan. Dan melecehkan org lain memang selalu menyenangkan. Kalau baca review yg memuji-muji pasti ada unsur bikin jengkel (disebabkan iri).

But dari awal emang Luz udah bilang kalau review ini ga sepenuhnya dilandasi niat baik (memang tugas reviewer utk nyari cacat sebanyak-banyaknya dan memuji hanya kalau pengen).

Yg bikin lucu adl kayanya yg pd komen di review ini girang banget ada karya yg dihina-hina. (kuyakini kegirangan ini krn banyaknya penghinaan thd ni buku)

Eniwei, tanpa baca review ini pun gw emang ga minat beli buku ini. Feeling gw ga enak aja. Kaya buku yg bikinnya asal-asalan.

Gw sih pada dasarnya ga begitu suka karya org dihina sampai segitunya. Tp kadang memang bbrp penulis perlu diajak agak mikir supaya mau bikin karya yg agak bagusan dan para penrbit jg jgn comot gambar sana-sini. Soalnya skrg novel yg bagus jarang bgt pdhl ada banyak bgt buku di toko buku.

Nash

FA Purawan mengatakan...

Setuju sama bagian akhir komennya Nash :)

Perihal olok-olok, ejek, ngenyek dll, blog ini memang ngak melarang atau sok memfilter. Itu semua adalah ekspresi, suatu konsekuensi yang timbul dari kondisi emosional tertentu--yang diderita/ dinikmati--oleh sang pembaca buku.

Makin pedas kritik, acap kali merupakan pencerminan makin 'tergores'nya balon emosional seseorang. Dan reviewer adalah manusia, gak beda sama Rocker *joke garing*

Semakin kena ke emosi, sebab pada dasarnya kita justru sangat mengharapkan setiap karya yang lahir adalah karya bagus, yang membaguskan jajaran karya fantasi lokal yang tampil di industri literasi lokal. Apalagi, kesempatan nerbitin buku di kita masih sempit. Makanya saat ada karya 'asal-jadi' yang mengambil space berharga yaitu kesempatan pengarang lain dan seminggu-dua minggu waktu baca kita yagf terbatas ini,... Wajar jika ada bagian emosi terusik, jadilah ekspresi tertentu. Mohon maaf kalau kadang-kadang kasar....

Tapi itu kayak istilah "you ask for it", kan seolah-olah gitu, sekalipun tanpa sengaja.

Namun satu hal yang kita pegang erat: boleh kita kritik, ejek, olok, hina, gubris, puji, sembah, dan segalanya, hanya pada karya, bukan pada pribadi. Boleh pada label: Pengarang, dalam kapasitas perannya saat itu, bukan pada personal, yang sebaliknya justru akan dianggap rekan seperjuangan.

Balik ke novel ini, gue juga menyimpan segudang kritik inkonsistensi setting, tapi rasanya nggak perlu dikeluarkan, sebab agaknya level kritik Luz lah yang saat ini dibutuhkan utk menyadarkan pengarang, dan membelajarkan kita bersama.

Tabik :)

Ivon mengatakan...

koq mendadak gw jadi pengen teriak:

"Print! Sobek-sobek!! BAKAR!!!"

#kebanyakan maen di kastilfantasi.com
#abaikan

hurhurr, gw mendadak jadi ngerasa seperti manusia kotor, yang sama sekali gag menyadari bahwa gw sendiri adalah manusia kotor yang tidak mau mengakui bahwa dirinya kotor ....

ah, terima kasih. setelah ini aku akan bertobat. aku tidak akan pernah menjelek-jelekkan karya orang lain lagi, sehancur dan seburuk apapun karya itu menurut pendapat pribadi saya.

lagipula, apalah peran saya? novel itu sudah selesai. novel itu sudah diterbitkan. saya tidak kenal dengan pengarangnya. buat apa saya mencerca-cerca orang yang tidak saya kenal untuk hasil karyanya sendiri yang dengan susah payah ia selesaikan, menghabiskan ratusan jam dalam hidupnya, yang bahkan tidak saya beli dan baca, untuk saya tulis review yang kemungkinan 99% melecehkan dan 1% pelecehan yang dipasangi topeng simpati yang baik hati?

sudahlah. aku takkan peduli bila ada penulis lain yang hendak melangkahi jalan yang sama. biarkan ia berjalan dulu dalam jalan mulus tanpa batu dan lumpur dan serigala-serigala kelaparan yang mengintip dari semak-semak. biarkan ia merasakan jadi seorang penulis yang bukunya diterbitkan tanpa pernah mendapat kritik pedas dengan tujuan pelecehan 99% dan 1% pelecehan yang dipasangi topeng simpati yang baik hati. biarkan ia berjalan dalam tebaran senyum. biarkan ia tidak pernah merasakan gigi-gigi taring serigala. biarkan buku itu teronggok di sana, sendirian, penuh tanya kenapa tidak ada yang benar-benar memujinya, pun tidak ada yang benar-benar menghujatnya. biarkan saja begitu. biar waktu yang menghapus kenangan akan keberadaannya.

lagipula, sekali lagi, siapalah saya? penulis? kritikus? manusia biasa yang tidak bisa menyimpan pendapat pribadinya untuk dirinya sendiri? atau, itu bukan pribadi, tapi untuk umum?

sekian

--silahkan hapus, kalau dinilai meresahkan masyarakat--

#ini bukan drama
#tapi diusahakan tampak seperti drama
#overload ca-per
#seriously, abaikan, kalau tidak mau ketularan stress habis baca komentar ini

Luz Balthasaar mengatakan...

Satuju sama Nash.
Satuju sama Ivon.
Satuju sama Om Pur juga.

Repiu ini memang hasil kebebasan berekspresi yang ga usah pake filter macam-macam. Kan komitmen Fikfanindo adalah untuk ngasih repiu pure 100% ga pake dilarutin kepada yang pengen dan butuh. Dengan syarat, semua 'ngenye'-an' itu harus dikasih alasan yang sekiranya bisa membantu penulis kalau dia mau menjadi lebih baik.

Lagian, saia memang gak cocok sama perilaku patronizing. Ngomongnya baik, lembut, kesannya ngebimbing, doyan menasihati orang untuk lembut, tapi dalam hati, "Apaan sih karya ini? Gila, jelek banget, hihihi."

Dan buat mereka yang senang repiu saia, saia juga cinta anda semua. Apalagi kalau anda datang kesini dengan mengakui bahwa anda berniat busuk seperti saia. Wakakakak!!!

We are mocking things here, people; at least be honest about it.



Luz B.
CELANA DALAM KEMBANG-KEMBANG!

Fauzi Atma mengatakan...

Yang mau baca ebook novel saya sebelum versi cetaknya, #KristalAracruz, silakan unduh di sini. http://www.mediafire.com/?aheb8841taiyqdb

Fauzi Atma mengatakan...

Saya kurang suka sampul dengan wajah manusia begitu jadi kurang imajinatif ketika membayangkan tokoh. Ditambah lagi jalan ceritanya yang, errr, bikin reviewnya aja kurang jelas mengarahkan pembaca mengenai jalan cerita. :|

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Anonim mengatakan...

sory mas Pur, nyampah komen,, habisnya frase itu yg bikin ngakak sih :p


*dejongstebroer*

FA Purawan mengatakan...

@dejong,... sorry you nyampah agak terlalu banyak.

Terpaksa aku bersihin.

But your point is taken, kurasa. :)

Salam,

FAPur

Anonim mengatakan...

*ketawa guling"

bneran tuh pas liat covernya langsung nebakk
yang kanan atas kan Zack dari FFVII
lol~

ampuunn, kocak bener dah repiuw nya~ X"DDD
semangat teruss!! (ane jadi fans anda gan!) X"D

Melody Violine mengatakan...

dengan harga Zodiaz yg lumayan, saat membelinya, saya benar2 berharap ini novel fantasi yg bagus (walaupun covernya mencurigakan), ternyata...

Salut buat Luz yang berhasil baca sampai selesai, saya nyerah pada bagian tokoh utama "dibuli2" dan naksir cowok "hot n cold" itu -__-

Luz Balthasaar mengatakan...

@anonim: Saia ga terlalu yakin memang itu siapa, makanya saia sebut oknum. Pikiran pertama saia (walau agak2 ragu) dan kemudian diconfirm sama beberapa teman berdugaan serupa adl. Jin Kazama.

Tapi memang Zack juga bisa sih ya. Hum. Kalo si oknum ini nggak merengut.
___

@melodyvioline: Hello ^^

Sebetulnya ZodiaZ ini gampang dibaca. Kalau dikau bisa 'menahan' diri untuk gak ngakak/nangis ngenes waktu baca bagian2 si Aya terpesona dengan lebaynya sama si co hot n cold, saia yakin kemungkinan dikau lancar jaya ke belakang cukup besar.

Saia sendiri kalau dah mulai meringis2 ngenes berhenti dulu. Bikin minum, buka Youtube, dan baca lagi begitu dah siap mental.


Luz B.

Melody Violine mengatakan...

@Luz
begitu toh tipsnya, wkwkwk,
mungkin kapan2 saya coba lagi

TheLuckyGirl mengatakan...

Wah, ternyata dari cover sama dalemnya diubek-ubek juga ya mbak?

Saya asalnya mau beli, untungnya gak jadi. Jadinya beli Shiver deh ^^. Trims ya udah membantu saya 'menyukuri' hal itu (yay). Yaudah, saya tunggu buku Mbak Luz aja ya, *buang CELANA DALAM KEMBANG-KEMBANG

Luz Balthasaar mengatakan...

@LuckyGirl... hmmm, soalnya yang paling bikin saia jengkel itu covernya. Kok ya hari gini masih ngebajak artwork?

Senang pendapat saia sudah ngebantu. Tapi kalau saia pribadi sebetulnya lebih senang orang 'membuktikan' repiu saia dengan beli bukunya. Itu akan mendukung pengarang, dan mungkin membantu memberikan pandangan yang lebih berimbang.


Luz B.
100% Haram 100% Lezat

Humor Miring mengatakan...

Salam pecinta buku fantasi!
Saya barusan bergabung di sini dan langsung tertarik melihat kover yang katanya jiplakan ini. Semoga ini menjadi masukan berharga bagi desainer kover untuk terus mengutamakan orisinalitas dalam membikin kover. Ini serius banget soalnya. Bayangkan betapa malunya sang pengarang kalau kover bukunya jiplakan alias bajakan.
Terima kasih....

Septian DR mengatakan...

Salam pecinta buku fantasi!
Saya turut prihatin atas desain kover yang ternyata jiplakan, betul-betul sebuah tamparan telak bagi para desainer kover untuk lebih berhati-hati lagi. Kalau sudah begini kasihan pengarangnya karena kover novel mereka menjiplak sumber lain terutama game.

Anonim mengatakan...

Hmmm
pertama..anda pandai membuat review, saya acungkan jempol, tapi pernahkan anda mencoba membuat novel Sci Fi ?

membaca blog anda semua review jelek, sepertinya anda mengajak pembaca untuk beramai ramai memojokkan penulis, saya sudah membaca novel Zodiaz, memang agak membingungkan tapi dalam cerita Zodiaz, ada garis merah yang ingin disampaikan penulis, yaitu proses pendewasaan tokoh utama, dan saya yakin kalau novel kedua sudah muncul tokoh utama akan membuat tokoh tersebut mengalami kejadian yang membuat dia menjadi lebih matang.
satu lagi novel sci fi itu novel bebas bicara tentang teknologi, dan sihir. penulis bebas menuliskan alat alat atau ilmu yang digunakan dalam cerita scifi. Walaupun kalau diperhatikan intinya sama, tapi biasanya penulis akan memunculkan istilah istilah baru dalan satu genre tersebut. contohlah Harry potter, novel tersebut intinya sihir, dan hantu hantu, tapi Jk Rowling memunculkan istilah istilah baru dalam sekolah sihir, plot sekolah sama dengan sekolah umumnya.

so..kembali ke pertanyaan saya dia tas pernahkan anda menulis novel sci fi, kalau belum cobalah :)


regards
visit:http://rajutanmu.wordpress.com

Luz Balthasaar mengatakan...

@Om Septian, Yaaa, itulah sedihnya Om. Kok bisa-bisanya masih pake bajakan hari gini? Saia tahu di Indo banyak desainer cover yang kreatif. We can do it, jadi Kenapa harus menjiplak?
___

@Anonim/Rajutanmu...

Saia dah nerbitin dua buku tuh~ Kumpulan Cerpen Fantasi, sama teman-teman.

Nih linknya.

Fantasy Fiesta 2011

Sama ini.

Fantasy Fiesta 2010

Kalau naskah novel lagi dipersiapin. Bukan Sci-fi, lebih ke fantasi. Moga2 bisa saia kelarin cepat.

Dan BTW, Zodiaz ini bukan Sci-fi. Ini leaningnya lebih ke Urban Fantasy. Kalau seperti yang anda bilang itu proses pendewasaan tokoh utama, yea. Tapi itu tetep bukan alasan untuk bikin tokoh utama yang cuma bisa ngecengin cowok dan berkeluh kesah. Karakter perlu kekuatan untuk membuat pembaca bersimpati, dan kalo saia bilang kekuatan, saia gak bicara kekuatan super. Saia bicara sifat.

Mengenai argumen anda soal "fantasi/sci-fi itu bebas memunculkan apa saja"... hmmm... katakan saja, itu benar, selama logika internal ceritanya nggak jungkirbalik, atau penulis bisa evoke rule of cool/rule of sexy/rule of funny dengan begitu baiknya sehingga inkonsistensi logika bisa diterima.

Dan sayang sekali, logika internal Zodiaz ini berantakan, seperti yang sudah saia jelaskan di repiu, dan nggak ada satupun dari rule yang saia sebut di atas yang bisa dia pakai dengan baik.

Jadi, kembali ke pertanyaan anda, apakah saia sudah pernah (mencoba) menulis, jawabannya, ya. Saia sudah pernah menulis. Bukan mencoba lagi malah. Sudah menulis.


Luz B.

Nindya Maharani mengatakan...

Mba Luz, beli buku Zodiaz nya dimana nih? Pengen nyoba baca juga.. Hehe..

Luz Balthasaar mengatakan...

Hee... Maaf, baru balas. Saia beli di tobuk dulu. Lupa tobuk mana. Kayanya Gramed Plaza Semanggi. Sekarang mungkin da ga ada, tapi coba aja cari. Goodluck~♥

Spiros mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Spiros mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Spiros mengatakan...

Novelnya bagus walau di buku pertama agak membosankan ttp penulis mungkin sedang mengenalkan sifat dan karakter tokoh2nya. Byk amanat yg ingin disampaikan. Sy sdh membaca hingga buku keempat... Daya imajinasi penulis patut diacungi jempol. mnrt sy sah2 sj menulis sihir, bahasa asing selama genrenya mmg fantasi...

Anonim mengatakan...

saia #maafcopas lebih suka ripiyounya kali ya, bisa ngakak, gkkgkgkggk

Anonim mengatakan...

haduh......